Kamis, 18 Juni 2009

Ilmu Hisab

oleh Dr. Rinto Anugraha, Mahasiswa Pasca Doktoral,
Universitas Kyushu, Jepang

Cara Menghitung Waktu Shalat

Sabtu, 13/06/2009 11:17 WIB Cetak | Kirim | RSS Berikut ini cara menghitung waktu shalat dengan menggunakan rumus matematika pada tempat dan tanggal tertentu.

Pada tulisan terdahulu tentang WAKTU-WAKTU SHALAT, penulis telah menjelaskan beberapa hal terkait dengan waktu shalat lima waktu. Pada kesempatan ini, cara perhitungan waktu shalat dengan menggunakan sejumlah rumus matematika akan disajikan disini. Untuk menentukan waktu lima shalat wajib untuk suatu tempat dan tanggal tertentu, ada beberapa parameter yang mesti diketahui :

1. Koordinat lintang tempat tersebut (L). Daerah yang terletak di sebelah utara garis khatulistiwa (ekuator) memiliki lintang positif. Yang disebelah selatan, lintangnya negatif. Misalnya Fukuoka (Japan) memiliki lintang 33:35 derajat lintang utara (LU). Maka L = 33 + 35/60 = 33,5833 derajat. Jakarta memiliki koordinat lintang 6:10:0 derajat LS (6 derajat 10 menit busur lintang selatan). Maka L = minus (6 + 10/60) = -6,1667 derajat.

2. Koordinat bujur tempat tersebut (B) .Daerah yang terletak di sebelah timur Greenwich memiliki bujur positif. Misalnya Jakarta memiliki koordinat bujur 106:51:0 derajat Bujur Timur. Maka B = 106 + 51/60 = 106,85 derajat. Sedangkan disebelah barat Greenwich memiliki bujur negatif. Misalnya Los Angeles memiliki koordinat bujur 118:28 derajat Bujur Barat. Maka B = minus (118 + 28/60) = -118,4667 derajat.

3. Zona waktu tempat tersebut (Z). Daerah yang terletak di sebelah timur Greenwich memiliki Z positif. Misalnya zona waktu Jakarta adalah UT +7 (seringkali disebut GMT +7), maka Z = 7. Sedangkan di sebelah barat Greenwich memiliki Z negatif. Misalnya, Los Angeles memiliki Z = -8.

4. Ketinggian lokasi dari permukaan laut (H). Ketinggian lokasi dari permukaan laut (H) menentukan waktu kapan terbit dan terbenamnya matahari. Tempat yang berada tinggi di atas permukaan laut akan lebih awal menyaksikan matahari terbit serta lebih akhir melihat matahari terbenam, dibandingkan dengan tempat yang lebih rendah. Satuan H adalah meter.

5. Tanggal (D), Bulan (M) dan Tahun (Y) kalender Gregorian. Tanggal (D), bulan (M) dan tahun (Y) tentu saja menjadi parameter, karena kita ingin menentukan waktu shalat pada tanggal tersebut. Dari tanggal, bulan dan tahun tersebut selanjutnya dihitung nilai Julian Day (JD). Silakan lihat penjelasan detil tentang Julian Day pada tulisan sebelumnya tentang KALENDER JULIAN, KALENDER GREGORIAN dan JULIAN DAY. Namun ada baiknya untuk dituliskan kembali tentang rumus menghitung Julian Day. Saat ini karena Kalender Masehi yang digunakan adalah kalender Gregorian, maka rumus Julian Day adalah

JD = 1720994,5 + INT(365,25*Y) + INT(30,6001(M + 1)) + B + D.

Disini INT = lambang untuk nilai integer. Jika M > 2, maka M dan Y tidak berubah. Jika M = 1 atau 2, maka M ditambah 12 sedangkan Y dikurangi 1. Nilai B = 2 + INT(A/4) - A dimana A = INT(Y/100). Nilai JD di atas berlaku untuk pukul 12.00 UT atau saat tengah hari di Greenwich. Adapun JD untuk pukul 12.00 waktu lokal, maka JD pukul 12.00 UT waktu Greenwich tersebut harus dikurangi dengan Z/24

sumber berita :http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/cara-menghitung-waktu-shalat.htm

Kronologi Kebakaran Pesawat Global Air di Cengkareng


Jakarta - PT GMF AeroAsia menjelaskan insiden kebakaran pesawat Global Air -- bukan Globe Air -- yang terjadi Kamis (18/6) kemarin. Pesawat itu terbakar bukan saat test engine.

Dalam siaran pers PT GMF AeroAsia pada detikcom, Jumat (19/6/2009), dijelaskan pesawat Global Air yang terbakar jenis B747-SP milik Lukebuttler. Pesawat buatan tahun 1976 dengan registrasi D6-OZX itu sudah 5 tahun diparkir di area PT GMF AeroAsia. Operator pesawat ini tidak mengajukan program perawatan karena berhenti beroperasi (bangkrut).

"Jadi pesawat ini bukan milik Garuda Indonesia dan bukan pesawat yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia,” kata Dwi Prasmono Adji, VP Corporate Secretary PT GMF AeroAsia.

Karena sudah 5 tahun tidak memiliki program perawatan, pesawat ini diparkir di area scrap (mutilasi) di sebelah timur hangar 3 GMF. Karena sudah tidak ekonomis, pesawat ini dimutilasi (dipotong). "Lokasi parkir dan proses pemotongan pesawat ini berjarak 400 meter dari hangar GMF," kata Dwi Prasmono Adji.

Pekerjaan mutilasi dilakukan oleh pihak ketiga yakni PT Sangma Media dari Korea Selatan. Perusahaan ini mempekerjakan 13 orang pekerja harian yang dipimpin Haji Nawir di bawah koordinasi Mr. Chong dari PT Sangma. Pekerja mulai bekerja pukul 09.00-12.00 dan istirahat pukul 12.00-12.50 WIB.
"Seluruh pekerjaan mutilasi dilakukan oleh karyawan PT Sangma," katanya.

Pada pekerjaan sesi kedua, pekerja mulai mengerjakan pemotongan sayap kanan bagian luar sekitar pukul 13.00 WIB. Saat melakukan pemotongan sayap muncul percikan api. Petugas berusaha memadamkan api dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), tapi gagal dan api terus membesar.

Pada pukul 13.05 kendaraan pemadam kebakaran (fire truck) GMF AeroAsia dan PK-P2 Angkasa Pura II tiba di lokasi kejadian dan pada pukul 13.18 WIB api berhasil dipadamkan. "Kobaran api bisa dipadamkan seketika. Jadi kebakaran ini hanya berlangsung beberapa menit saja," kata Dwi Prasmono Adji.

Menurut Dwi Prasmono Adji, insiden kebakaran ini bukan terjadi saat test engine karena ada ceceran bahan bakar. "Test engine tidak mungkin dilakukan di area yang ada ceceran bahan bakar," katanya. Selain itu seluruh area perawatan pesawat pasti bersih dan steril dari ceceran bahan bakar karena membahayakan.

Dalam insiden ini seorang pekerja PT Sangma bernama Suwadi mengalami luka ringan di bagian wajah dan kaki. Yang bersangkutan segera dilarikan ke Pusat Kesehatan Garuda GSO yang berada di kawasan Bandara Soekarno-Hatta.


Sumber: detik.com

Pengalaman Belajar Internet di MADCOMS, MADIUN

Belajar disini asyik lhoooooooo, jadi tambah pinter so gk malu-maluin anak2e
tapi waktunya kurang coz harus ngurusi anak-anak disekolah...